Sabtu, 30 April 2016

Terima Kasih



Terima kasih
Hidup tidak bermakna tanpa membaca. Sepertinya ungkapan  itu dapat menggambarkan apa yang saya rasakan jika ditanya akan pentingnya arti membaca bagi diri saya pribadi. Dua puluh satu tahun sudah umur  saya tercapai dan entah sudah berapa banyak buku yang pernah saya baca. Pernyataan ini bukanlah dimaksudkan  untuk mengatakan bahwa saya adalah seorang kutu buku yang melupakan dunia luar. Sekali lagi tidak teman, ini lebih pada penggungkapan rasa syukur saya karena sudah mendapat kesempatan mengecap pendidikan hingga perguruan tinggi. Tentunya hal ini berakibat hari- hari yang saya lalui di isi oleh tuntuntan untuk meningkatkan kemampuan saya baik secara akademis maupun non akademis. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan adalah dengan banyak membaca buku baik itu buku teks ataupun segala informasi dari sumber lain yang sekarang sangat mudah di akses melalui kemajuan pesat teknologi.
Di era modern ada begitu banyak buku bermutu tinggi hasil buah pikir pengarang yang kompeten di bidangnya. Namun terkadang tidak semua bacaan tersebut dapat memberi kesan bagi pembaca. Bukan karena pengarang atau isi dari buku tersebut tidak bagus, akan tetapi perlu di cermati bahwa kegiatan membaca juga sangat melibatkan suasana hati dan perasaan dari si pembaca dalam proses penyerapan informasi yang diberikan oleh bacaan. Seringkali poin inilah yang luput dari lensa pengarang  saat dimana mereka hanya sibuk memadatkan konten namun melupakan tentang bagaimana makna dari konten tersebut dapat tersampaikan pada pembaca. Sehingga tidak jarang banyak buku hanya dibaca untuk mendapatkan prestasi di kelas. Setelah ujian berlalu, berlalu pula ilmu yang didapat dari membaca tadi. Hmmm.. mungkin itu ada benarnya, akan tetapi berdasarkan pengalaman saya membaca seperti itu kurang memberikan manfaat di masa yang akan datang. Mengapa?, karena sebagaimana yang telah saya sebutkan tadi, membaca dengan tanpa menghadirkan jiwa dari membaca itu sendiri akan berdampak seperti angin lalu saja, sejuk sebentar kemudian segera hilang berlalu. Itulah hasilnya membaca tanpa antusiasme. Inipula yang sempat saya rasakan dulu selama 11 tahun membaca  hingga semuanya menjadi berubah itu berkat sebuah novel karya Andrea Hirata berjudul laskar pelangi.
Novel ini menyadarkan saya tentang makna menuntut ilmu yang sebenarnya.  Membaca dijadikan para tokoh didalamnya terutama Lintang sebagai sebagai sahabat pelipur lara. Bagai padang ilalang bertaburan bunga nan syahdu, begitu nyaman saya rasa kini membaca sebuah bacaan apapun jika dengan penghayatan sebagaimana pengajaran yang diberikan novel tersebut.
Kembali pada buku yang menyadarkan saya tadi, buku ini sederhana kawan, sesederhana pengarangnya menyajikan isi dengan cita rasa seni yang tinggi namun dirajut dengan kata- kata kita orang awam. Siapa saja saya rasa dapat menangkap pesan yang tertuang dalam buku ini dari sisi manapun, karena sungguh novel ini bertabur kalimat bertuah di dalamnya.
Dalam menuliskan novelnya Andrea Hirata selalu menyisipkan nilai semangat menjadikan ilmu pengetahuan sebagai salah satu prioritas utama dalam kehidupan, berani bermimpi dan sikap pantang menyerah dalam mewujudkannya, persahabatan dan segala ketulusannya, serta cinta dan kesetiannya. Nilai- nilai itu entah bagaimana seakan memiliki ruh untuk menghidupkan jiwa siapa pun yang menikmatinya tak terkecuali saya. Saya dapat berubah dari orang biasa menjadi orang yang selalu terpacu untuk melakukan hal –hal terbaik, hingga saya dapat merengkuh hal terbaik pula. Saya dapat berkuliah disalah satu Universitas terbaik di Indonesia dimana telah tercetak banyak lulusan terbaik  dari sana. Sungguh pengalaman luar biasa dan tak pernah terbayang sedikit pun dibenak saya.
Benarlah kata orang bahwa, “apa yang kamu baca sekarang akan menentukan kamu menjadi siapa di masa depan”. Saya merasa sangat beruntung dulunya pernah membaca karya- karya Andrea Hirata dimana ceritanya banyak mengajarkan tentang lakukanlah  yang terbaik untuk apa yang kamu inginkan karena Tuhan lah yang akan membuka jalan mu untuk mencapainya. Itulah nilai yang tetap saya yakini hingga sekarang dan mungkin akan terus seperti itu dalam memulai memulai setiap langkah baru di hidup saya.
Terima kasih
Terima kasih….
Karya mu sungguh memberi nilai dalam kehidupan
Meninggalkan jejak bekas di sanubari
Kau ajarkan semangat menuntut ilmu dengan “ Laskar pelangi” mu
Kau hidupkan mimpi anak bangsa dalam rekam jejak Ikal dan Aray pengajar mimpi dalam “ Sang pemimpi”
Pada potongan lainnya juga kau letupkan semangat pantang menyerah mengubah nasib lewat ketegaran Maryamah di “ Dwilogi padang bulan dan cinta dalam gelas”
Semua itu kau lengkapi dengan nilai keteguhan hati untuk memperjuangkan apa yang menurutmu berharga dalam kisah “Edensor dan Maryamah karpov”
Kemudian kau sampaikan makna inti dari semua perjuangan itu yakni cinta. Cinta yang tulus tak bersyarat kau gambarkan apik dalam kisah “ Ayah”