Terima
kasih
Hidup tidak bermakna
tanpa membaca. Sepertinya ungkapan itu
dapat menggambarkan apa yang saya rasakan jika ditanya akan pentingnya arti
membaca bagi diri saya pribadi. Dua puluh satu tahun sudah umur saya tercapai dan entah sudah berapa banyak
buku yang pernah saya baca. Pernyataan ini bukanlah dimaksudkan untuk mengatakan bahwa saya adalah seorang
kutu buku yang melupakan dunia luar. Sekali lagi tidak teman, ini lebih pada
penggungkapan rasa syukur saya karena sudah mendapat kesempatan mengecap
pendidikan hingga perguruan tinggi. Tentunya hal ini berakibat hari- hari yang saya
lalui di isi oleh tuntuntan untuk meningkatkan kemampuan saya baik secara akademis
maupun non akademis. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan adalah dengan banyak membaca buku baik itu buku teks ataupun segala informasi dari sumber lain yang sekarang sangat mudah di akses melalui kemajuan pesat teknologi.
Di era modern ada
begitu banyak buku bermutu tinggi hasil buah pikir pengarang yang kompeten di
bidangnya. Namun terkadang tidak semua bacaan tersebut dapat memberi kesan bagi
pembaca. Bukan karena pengarang atau isi dari buku tersebut tidak bagus, akan
tetapi perlu di cermati bahwa kegiatan membaca juga sangat melibatkan suasana
hati dan perasaan dari si pembaca dalam proses penyerapan informasi yang
diberikan oleh bacaan. Seringkali poin inilah yang luput dari lensa pengarang saat dimana mereka hanya sibuk memadatkan
konten namun melupakan tentang bagaimana makna dari konten tersebut dapat
tersampaikan pada pembaca. Sehingga tidak jarang banyak buku hanya dibaca untuk
mendapatkan prestasi di kelas. Setelah ujian berlalu, berlalu pula ilmu yang
didapat dari membaca tadi. Hmmm.. mungkin itu ada benarnya, akan tetapi
berdasarkan pengalaman saya membaca seperti itu kurang memberikan manfaat di
masa yang akan datang. Mengapa?, karena sebagaimana yang telah saya sebutkan
tadi, membaca dengan tanpa menghadirkan jiwa dari membaca itu sendiri akan
berdampak seperti angin lalu saja, sejuk sebentar kemudian segera hilang
berlalu. Itulah hasilnya membaca tanpa antusiasme. Inipula yang sempat saya
rasakan dulu selama 11 tahun membaca hingga
semuanya menjadi berubah itu berkat sebuah novel karya Andrea Hirata berjudul laskar
pelangi.
Novel ini menyadarkan
saya tentang makna menuntut ilmu yang sebenarnya. Membaca dijadikan para tokoh didalamnya
terutama Lintang sebagai sebagai sahabat pelipur lara. Bagai padang ilalang
bertaburan bunga nan syahdu, begitu nyaman saya rasa kini membaca sebuah bacaan
apapun jika dengan penghayatan sebagaimana pengajaran yang diberikan novel
tersebut.
Kembali pada buku yang
menyadarkan saya tadi, buku ini sederhana kawan, sesederhana pengarangnya
menyajikan isi dengan cita rasa seni yang tinggi namun dirajut dengan kata-
kata kita orang awam. Siapa saja saya rasa dapat menangkap pesan yang tertuang
dalam buku ini dari sisi manapun, karena sungguh novel ini bertabur kalimat
bertuah di dalamnya.
Dalam menuliskan
novelnya Andrea Hirata selalu menyisipkan nilai semangat menjadikan ilmu
pengetahuan sebagai salah satu prioritas utama dalam kehidupan, berani bermimpi
dan sikap pantang menyerah dalam mewujudkannya, persahabatan dan segala
ketulusannya, serta cinta dan kesetiannya. Nilai- nilai itu entah bagaimana
seakan memiliki ruh untuk menghidupkan jiwa siapa pun yang menikmatinya tak
terkecuali saya. Saya dapat berubah dari orang biasa menjadi orang yang selalu
terpacu untuk melakukan hal –hal terbaik, hingga saya dapat merengkuh hal
terbaik pula. Saya dapat berkuliah disalah satu Universitas terbaik di
Indonesia dimana telah tercetak banyak lulusan terbaik dari sana. Sungguh pengalaman luar biasa dan
tak pernah terbayang sedikit pun dibenak saya.
Benarlah kata orang
bahwa, “apa yang kamu baca sekarang akan menentukan kamu menjadi siapa di masa
depan”. Saya merasa sangat beruntung dulunya pernah membaca karya- karya Andrea
Hirata dimana ceritanya banyak mengajarkan tentang lakukanlah yang terbaik untuk apa yang kamu inginkan
karena Tuhan lah yang akan membuka jalan mu untuk mencapainya. Itulah nilai
yang tetap saya yakini hingga sekarang dan mungkin akan terus seperti itu dalam
memulai memulai setiap langkah baru di hidup saya.
Terima
kasih
Terima
kasih….
Karya
mu sungguh memberi nilai dalam kehidupan
Meninggalkan
jejak bekas di sanubari
Kau
ajarkan semangat menuntut ilmu dengan “ Laskar pelangi” mu
Kau
hidupkan mimpi anak bangsa dalam rekam jejak Ikal dan Aray pengajar mimpi dalam
“ Sang pemimpi”
Pada
potongan lainnya juga kau letupkan semangat pantang menyerah mengubah nasib lewat
ketegaran Maryamah di “ Dwilogi padang bulan dan cinta dalam gelas”
Semua
itu kau lengkapi dengan nilai keteguhan hati untuk memperjuangkan apa yang
menurutmu berharga dalam kisah “Edensor dan Maryamah karpov”
Kemudian
kau sampaikan makna inti dari semua perjuangan itu yakni cinta. Cinta yang tulus
tak bersyarat kau gambarkan apik dalam kisah “ Ayah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar